Twitterland, 8 Jul 12
Eeng ing eeng...saya akan jelaskan sekilas tentang profil2 Cagub DKI yg akan dipilih warga Jakarta pada Pilgub tgl 11 Juli 2012 yad.
Kita mulai dari Fauzi "Foke" Bowo yg berduet dgn Nachrowi. Menilai sosok Foke sangat mudah. Kita sudah saksikan kiprahnya 5 tahun terakhir ini. Selama memimpin Jakarta 5 tahun, Foke TIDAK menunjukan kinerja yg mengesankan. APBD DKI yg 30-40 triliun per tahun "terbuang percuma". Dgn APBD DKI total lebih 160 triliun, warga DKI tidak mendapatkan manfaat apapun selama dipimpin Foke. DKI seolah2 tak punya gubernur.
Tahun 2007 Foke umbar banyak janji pada warga DKI. Foke klaim dirinya sebagai Sang Ahli. "Serahkan Jakarta Pada Ahlinya" itu slogan kampanye Foke. Setelah terpilih jadi Gubernur DKI, Foke lupa diri, tak pernah urus kepentingan warga DKI. Foke baru "mulai kerja" 1 tahun terakhir ini saja. Selama 4 tahun berkuasa, Foke sibuk perkaya diri, buat kerajaan & pesta pora uang rakyat di pemprov DKI.
Kegagalan Foke sudah jadi rahasia umum. Sekitar 8 bulan yg lalu hampir semua tokoh termasuk SBY menilai Foke sebagai Gubernur GAGAL. "Foke itu gubernur pepesan kosong" kata SBY. Namun, tiba2 semua berobah. Banyak tokoh yg semula antifoke berbalik "mendukung" Foke yg sudah dinilai gagal itu. Apa penyebabnya? SUAP?
Uang Foke memang luar biasa. Disebut2 dana kampanye Foke capai 4 triliun. Wajar saja. Sumbernya bisa bermacam2 : korupsi, setoran dll. Jakarta yg kumuh, macet, zalim pada warganya sendiri, tak punya taman kota, trotoar, lahan parkir, sarana olah raga & kreasi, banjir dst. Belum lagi perizinan mal, plaza, dsj yg jor2an, pemasangan reklame luar ruang yg semrawut hanya demi uang suap ratusan milyar per tahun.
Foke sangat tidak layak utk dipilih kembali jadi Gub DKI. KPK juga saat ini sedang usut korupsi triliunan Foke yg dilaporkan wagubnya sendiri. Untuk apa kita pilih Foke yg sudah dinilai sebagai Gubernur Gagal? Utk apa kita pilih Gub yg kemudian jadi tersangka korupsi? Sungguh sia-sia!
Belum lagi karakter Foke yg sudah jadi rahasia umum : Arogan, pemarah, otoriter, nepotisme, korup dan ga stabil jiwanya (penelitian unhas). Sebab itu : Lupakan Foke, dukung dia jadi MANTAN Gub DKI & desak KPK usut korupsi2nya yg luar biasa itu. Kita fokus ke Cagub yg lain.
Kita bahas Alex Nurdin. Dia sekarang Gub. Sumsel yg tiba2 nyelonong nafsu mau jadi Gub. Jakarta. Apa motifnya? Hindari jeratan hukum KPK?
Mengenai dugaan korupsi Alex Nurdin sudah pernah saya bahas. Sedikitnya dia ada 6 kasus yg merugikan negara. Dugaan Korupsi Alex Nurdin itu terjadi saat dia jabat Bupati Muba dan Gub. Sumsel. Ditaksir kerugian Negara sedikitnya 110 Milyar.
Motivasi Alex jadi Gub. Jakarta sangat erat kaitannya utk menghindari proses hukum KPK. Kita ketahui bahwa KPK akan tunda pengusutannya. Alex didukung Golkar jadi Cagub DKI karna dia akan biayai sendiri Pilgubnya. Juga disebut2 keluarga Cendana dukung dia, bantu dana kampanye.
Sebagai Bupati Muba, Alex tidaklah berprestasi bagus. Dana APBD Muba yg 1.7 triliun per tahun hanya jadi bancakan korupsi Alex Nurdin. Posisi Alex sebagai Bupati Muba dulu bisa aman karena KPK belum masuk usut kasusnya dan penegak hukum yg lain bungkam karna terima suap besar.
Sebagai Gubernur Sumsel, jelas Alex lari dari tanggung jawab. Dia baru 2 tahun jadi Gubernur dan masih banyak UTANG janji pada warga sumsel. Bagaimana mungkin Alex yg dulu beri janji2 manis, bersumpah atas nama Allah, bisa lari dari tangungjawabnya pada warga Sumsel dan Tuhannya sendiri? Jika rakyat Sumsel dan tuhan saja sudah dikibuli oleh Alex Nurdin, apakah rakyat Jakarta masih mau percaya? Blm lagi kasus mesumnya hehe...Sudah banyak diketahui publik bahwa alex nurdin punya kasus selingkuh dgn Sisca, istri Awi, teman Alex sendiri. Itu dosa tak terampuni.
Allah berfirman di Alquran, jika wanita bersuami berzina dgn laki2 lain apalagi yg sdh beristri, hukumnya adalah : dirajam sampai mati!
Seperti halnya Foke, kita dukung Alex Nurdin kembali ke Sumsel. Biar dia penuhi dulu janji2 dan sumpahnya kepada warga Sumsel. Warga Sumsel mengecam keras tindakan Alex Nurdin yg mau cari selamat dari jeratan hukum KPK dgn mencalonkan diri jadi Gub. DKI. Warga Kabupaten Muba saja, kapok dgn Alex Nurdin. Itu sebabnya, ketika anak Alex Nurdin, Dodi Reza ikut Pilkada Muba, kalah telak!
Makanya warga DKI harus cerdas, jangan pilih Alex, suruh pulang kampung ke Sumsel sana. Desak KPK usut kasus2 korupsinya yg berjibun. Sebagai Gub. Sumsel, Alex Nurdin msh punya tanggungjawab besar 2 tahun lagi. Janji2nya pada warga Sumsel harus dia penuhi. Jgn tipu warga DKI.
Nah, Foke dan Alex sudah jelas TIDAK penuhi syarat integritas dan moral untuk dipilih sebagai Gub. Jakarta.
Sekarang kita bahas Hendarji Supandji.
Hendarji Supandji adalah mantan Danpuspom TNI AD. Pangkat terakhirnya Mayjen. Sekarang dia jadi Dirut PKKK Kemayoran yg kuasai 470 ha lahan. Hendarji adalah sosok yg sebenarnya tepat utk pimpin Jakarta : cerdas, tegas, keras, disiplin. Dia juga dekat dgn keluarga Cikeas. Kedekatan Hendarji dgn keluarga Cikeas khususnya keluarga Sarwo Edhi Wibowo sudah berlangsung lama, terutama dgn ayahnya : Dr. Supandji.
Dr. Supandji selain Dokter keluarga Sarwo Edhi juga Dokter di Akmil Magelang. Kedekatan ini juga disebut2 karna satu aliran kepercayaan. Dr. Supandji adalah tokoh aliran kepercayaan Pangestu dimana keluarga Sarwo Edhi juga merupakan penganut setianya. Anak2 Dr. Supandji semuanya sukses. Hendarman mantan Jaksa Agung yg sekarang jadi Kepala BPN, adiknya jadi Gub. Lemhanas, setara Menteri. Namun sayangnya, Hendarji meski didukung dana Hartati Mudaya Poo dan Osman Sapta Odang akan sulit bekerja efektif jika menang Pilgub DKI.
Hendarji yg Cagub Independen itu akan sulit bekerja maksimal karna ketiadaan dukungan partai. Akan babak belur dan tersandera DPRD. Sistem politik kita memberikan wewenang yg luar biasa besar pada DPR/DPRD yg notabene adalah kader2 partai. Meski Hendarji adalah sosok ideal utk pimpin Jakarta, dia ga akan bisa berkutik jika tdk didukung penuh partai2 dan DPRD. Gub. Independen ujung2nya harus buat "deal2" dgn DPRD, diperas, dagang sapi, dipermainkan bak boneka india. Sulit utk jalankan program2.
Dukungan partai dan DPRD nantinya memang bisa saja "dibeli" oleh Hendardji jika dia terpilih sebagai Gub. DKI. Tapi harganya pasti sangat mahal. Jadi, Warga DKI harus cerdas dan realistis. Hendardji memang bagus. Tapi ga akan bisa maksimal kinerjanya. Suara rakyat akan percuma. Apalagi jika suara rakyat ke Hendarji itu akan turut pengaruhi perpecahan suara anti Foke yg bisa mengantarkan Foke jadi Gubernur lagi.
Jadi, kita apresiasi usaha Hendarji utk jadi Gub. Jakarta, namun secara bijak, kita dukung dia utk terus jadi Dirut PK3 Kemayoran saja.
Demikian juga dengan Faisal Basri. Siapa yg ga kenal beliau yg cerdas, santun, rendah hati, jujur dan berintegritas. Bahkan secara pribadi saya kagum sama beliau. Ikut juga bantu kumpulkan KTP untuk pencalonan Faisal Basri. Namun, dia Cagub Independen. Jika terpilih nasibnya akan sama dgn Hendarji. Jadi bulan2an DPRD dan partai2. Disandera, diperas, dibuat tak berkutik. Itulah realitasnya.
Maka, sekarang ini hanya ada 2 Cagub yg layak kita cermati utk kita pilih pada 11 Juli yad : Hidayat Nur Wahid dan Jokowi. Mari kita bahas.
Jokowi adalah Walikota yg sukses, dicintai rakyatnya, cerdas, supel, egaliter, merakyat dan masuk kategori Walikota terbaik sedunia. Jokowi terpilih kembali jadi Walikota Solo utk periode kedua dgn perolehan suara luar biasa, diatas 90%. Bukti bahwa rakyat Solo cinta dia. Berduet denganBasuki alias Ahok, membuat pasangan ini jadi pasangan serasi. Ahok juga mantan Bupati yg berhasil, sekarang Anggota DPR RI.
Kehebatan Jokowi ini adalah dia punya kekuatan luar biasa dan ketegasan dibalik perilakunya yg santun dan lembut. Kayak pendekar Tai Chi. Penampilannya yg sederhana dan dedikasinya yg total sebagai Pemimpin, adalah figur yg bisa diteladani. Ahok juga demikian. Wakili kaum muda.
Jokowi juga dinilai peduli dgn karya anak bangsa. Dia terus kampanyekan Mobil Esemka meski dapat cemoohan banyak pihak. Meski dituding hanya utk pencitraan dan akhirnya proyek Esemka itu gagal (sementara), langkah Jokowi itu patut diapresiasi publik. Sikap Jokowi yg pro ekonomi rakyat juga luar biasa. Dia tolak Izin Mal, Plaza, Super Market di Solo demi majunya usaha ekonomi rakyat. Padahal jika Jokowi mau beri izin mal, plaza, dsj itu, pengusaha2 pasti mau suap dia 1-3 M hanya utk izin satu Mal/Plaza sebagaimana di Jakarta.
"kelemahan" lain dari Jokowi adalah dia ga punya uang triliunan utk maju sebagai Cagub DKI. Akibatnya, dia tergantung bantuan uang Prabowo. Selain Prabowo, disebut2 Djan Faridz juga bantu puluhan sampai ratusan milyar utk kampanye Jokowi. Bagaimana dia bisa menghindar utang budi?
Di luar "kelemahannya" itu, Jokowi dan Ahok adalah Cagub yg sangat layak dipilih utk jadi Gub. DKI. Apalagi PDIP, Gerindra dukung penuh. Saya pribadi yakin, ketegasan Jokowi dan integritasnya yg kuat mampu menahan godaan utk korupsi triliunan jika jadi Gubernur DKI nanti. Saya juga yakin Jokowi mampu menindak tikus2 raksasa berbaju PNS Pemprov DKI dan basmi Mafia2 Proyek di DKI.
Jokowi itu mentalnya kuat. Lihat saja ketika dia dimaki2 Gub. Jateng dan ejek dia sebagai Walikota Bodoh. Jokowi dgn enteng jawab : "saya memang bodoh kok" hehehe...
Warga DKI layak menaruh harapan besar pada Jokowi dan Ahok. Kombinasi yg sempurna. Nasionalis, relijius, pembauran.
Lalu bagaimana dgn Hidayat/Didik? Mereka berdua tokoh hebat. Hidayat mantan presiden PKS, ketua MPR. Beliau juga ustad. Akhlaknya terjaga. Jika mau cari pemimpin yg amanah, integritas bagus, santun, alim, istiqomah dst... Hidayat adalah pilihan terbaik.
Jika Hidayat jadi Gubernur Jakarta, rakyat DKI akan aman, tenang dan nyaman. Tak akan diselewengkan 1 rupiah pun uang rakyat/APBD. Hidayat juga orangnya bersahaja. Satu kata dgn perbuatan. Jujur.
Saya masih teringat dulu ketika kami berkunjung ke rumahnya. Dulu ketika pilpres 2004, dlm rangka minta dukungan PKS utk SBY - JK, utusan SBY- JK datang berkunjung ke rumahnya yg jauh dipelosok. Sungguh kaget bukan kepalang, ketika kami sampai pukul 4 pagi di rumahnya yg sangat sederhana itu, kami lihat Hidayat tidur di lantai. Kami bisa tahu karena kami yg duduk di ruang tamu, "curi lihat" kamar tidur Hidayat. Beliau persis amalkan hidup seperti Rasulullah. Padahal Hidayat saat itu adalah Presiden PKS. Partai menengah yg sangat solid dan signifikan pengaruhnya di Indonesia. Subhanallah....
Wakilnya, Didik J Rachbini adalah sosok yg cerdas. Professor. Mantan Ketua Komisi VI DPR. Pinter dan bersih. Juga pasangan sempurna.
Kelemahan Hidayat/Didik adalah mereka belum pernah menjadi kepala daerah atau memimpin pemerintahan. Meski Hidayat pernah jadi ketua MPR. Kita tahu MPR itu bukan lembaga pemerintahan, bukan instansi birokrasi. Fungsi dan tugasnya pun minim. Hidayat pimpin MPR dgn sangat baik. Namun setidaknya publik dapat menilai bahwa Hidayat dan Didik ketika jadi pemimpin sudah terbukti bagus dan amanah. Mereka ustad dan guru.
Nah, sekarang kita sudah punya 2 pasang Cagub dan Cawagub yg sangat layak dipilih dan dipercaya jadi Gub. DKI Jakarta : Hidayat & Jokowi. Terserah hati nurani dan akal sehat, siapa yg akan kita pilih nantinya. Bagi saya, Hidayat dan Jokowi sama2 bagus dan sama2 hebat.
Cukup sekian dulu..semoga bermanfaat. Jgn golput, jgn salah pilih. Memilih pemimpin yg tepat itu WAJIB HUKUM nya. Selamat menyoblos!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar