Social Icons

Pages

Rabu, 04 Juli 2012

Pengalaman Pribadi Saya Tentang Buruknya Pelayanan Rumah Sakit di Indonesia


Twitterland, 6:02 PM - 29 Jun 12

Saya akan tambahkan kembali tentang Buruknya Pelayanan Rumah Sakit di Indonesia. Kali ini lebih detail & berdasarkan pengalaman pribadi saya.

      Ibu saya punya Penyakit Gula (DM) yg sudah cukup lama. Namun selama ini dapat terkontrol dan jalankan kehidupan normal sehari-hari. Jika kesehatan Ibu saya terganggu, dia berobat dgn Dokter Spesialis. Dan jika agak berat maka akan dibawa berobat ke RS Adventis Penang.

Sehubungan dgn rencana Umroh, Bapak dan Ibu saya pindah ke rumah saya agar ketika Umroh, ada orang yg bisa jaga Ibu saya sehari.

Pada tgl 21 Juni, kondisi Ibu saya sedikit menurun dan saya bawa beliau berobat ke RS Medistra. Disana disuruh rawat inap. Kondisi membaik. Pada tgl 22 Juni pagi, tiba2 Ibu saya memburuk dan harus dibawa ke ICU. Menurut Dokter Budi Setiawan, kalium Ibu sya tinggi 6.7 dan hrs di CVC.
  • Pada Dr. Budi, saya tanyakan apakah Ibu saya bisa di stabilkan setidaknya selama 3 jam. Karna saya mau bawa ke RS Adventis. Budi jawab: mudah2an.
  • Pada Dr. Budi, saya juga tanyakan apa penyebab memburuknya kesehatan Ibu saya secara tiba2. Dia katakan ada Infeksi di Paru2nya. Infeksi Paru2 tsb sudah ditangani. Yg jadi masalah adalah Menurunnya Fungsi Ginjal.

      Saya lalu minta tindakan2 medis yg sebelumnya dilakukan. Permintaan saya terhadap Tindakan Medis Dokter didasari kecurigaan saya adanya Kesalahan Dokter yg jadi penyebab memburuknya kesehatan Ibu saya. Tapi pihak RS Medistra tdk berikan Copy Record Tindakan Medis Pra-ICU Ibu saya. Alasannya, Dokter yg tangani belum datang.

Keesokan harinya saya diminta untuk tambah uang jaminan 45 juta utk tindakan HD (cuci darah). Saya lalu tanya ke Dokter Budi kenapa dilakukan HD? Dokter Budi bilang Kalium pasien tdk juga turun di bawah 5. Masih 6.2. Dan Dokter Ahli Ginjal sarankan utk HD. Saya minta laporan medisnya. Tapi RS Medistra tidak juga bisa berikan semua Record Tindakan Medis yg telah dilakukan kepada pasien. Mereka hanya berikan hasil lab yg 11 kali.

      Melihat pelayanan yg tidak benar ini saya lalu pindahkan pasien ke RS lain. Di RS baru, kondisi Ibu saya beransur pulih. Kalium turun 4.7. Dokter yg merawat pasien adalah Dr. Marhum Bonar. Menurut dia hanya Kadar Albumin Ibu saya masih 2 dan harus ditingkatkan jadi diatas 316. Setelah kunjungan pertama Dr. Bonar itu, tidak ada sama sekali Dokter yg datang visit ibu saya. Padahal tercantum 3 Dokter Spesialis.

Setelah 5 hari di ICU, baru sekali ada Dokter Paru2 yg datang. Menurutnya Paru2 Ibu saya tdk terlalu parah. Hanya Fungsi Ginjalnya yg menurun. Selama 4 hari saya mencari Dr. Bonar Marhum yg menjadi Dokter utama, tapi tdk pernah ketemu. Pihak RS tdk mau kasih nomor telponnya. Setelah marah2 kepada majamen RS, barulah saya dijanjikan utk ketemu dgn 3 Dokter tsb pada hari ini jam 10 pagi. Tenyata bohong. Sebelumnya pihak RS juga berjanji kirim sms ke saya, no handphone ketiga Dokter tsb. Juga ternyata bohong. Alasannya, RS tdk berani jika belum izin.

      Sebelumnya lagi, kakak saya pernah diminta tanda tangan oleh pihak RS yg menerangkan bahwa 3 Dokter tsb sudah pernah datang. Kakak saya tolak. Jadi selama hampir seminggu, hanya satu Dokter yg pernah kami jumpai, yaitu Dr. Marhum Bonar. Itupun hanya pada hari pertama di ICU. Setelah didesak2, baru pihak RS menginfokan bahwa Dr. Marhum Bonar sedang berada di Balikpapan utk acara seminar. Saya marah besar. Bagaimana mungkin pasien kritis di ICU dibiarkan tanpa kehadiran Dokter yg seharusnya merawatnya dan hanya diserahkan pada Dokter jaga ICU.

Ketika saya tanya, Apa Dasar Tindakan Medis Pada Pasien, petugas ICU jawab berdasarkan arahan Dokter by phone !! Gila ga ???

Saya paksa RS telp Dokter Marhum Bonar dan bicara sama saya. Setelah tersambung, saya tanyakan kenapa Dokter Bonar tinggalkan pasiennya? Dr. Bonar jawab, dia masih menunggu perkembangan Infeksi Paru2 pasien. Saya jawab, anda bohong ! Dr. Paru bilang masalahnya adalah ginjal. Dr. Bonar gelagapan. Dia janji datang segera. Saya bilang sekarang juga. Dia ga bisa dan janjikan besok hari.

      Itulah Potret Dokter dan RS di Negara kita. Belum pernah dalam sejarah hidup saya dan mungkin teman2 semua yg bisa mendapatkan pelayanan Dokter yg benar dan beradab. Maksudnya, sebuah Tim Dokter lengkap bersedia luangkan waktu bersama2 keluarga pasien utk berdiskusi tentang kondisi pasien & rencana tindakan. Bahkan Tim Dokter tidak pernah datang secara bersamaan dan bahas Intensif Kondisi Pasien. Hanya datang sebentar dan hilang kayak hantu. Bahkan RS berani2nya mau menipu keluarga pasien dgn minta tanda tangan bahwa 3 Dokter pernah datang padahal bohong. Itulah kualitas RS di Negara kita.

Terus terang saya merasa sangat menyesal ketika awalnya kondisi Ibu yg tdk begitu parah terlanjur saya bawa ke RS Medistra. Pada saat rencana berobat ke RS di Penang tsb, saya langsung bicara dgn petugas yg profesional. Hanya 5 menit dia sudah tahu saya keluarga pasien yg mana. Bahkan dia bisa langsung operkan pesawat telp ke Dokter Lim (internist) yg pernah tangani Ibu saya. Pada saat itu juga mereka kasih Advis. Pihak RS di Penang langsung mengatakan sebuah Tim Dokter sudah siap dan menunggu kabar kapan pasien tiba di Penang.

Lalu bagaimana dgn pelayanannya? Pengalaman saya 2 tahun lalu, kami dijemput ke bandara. Sampai disana, pasien langsung ditangani Tim Dokter. Setelah diperiksa intensif, Tim Dokter lalu temui keluarga pasien dan ajak diskusi sampai keluarga pasien terpuaskan. Ga ada yg buru2.

Dua tahun yg lalu, Ibu saya dirawat ICU 2 hari dan 3 hari di rawat inap. Sehat. Berapa biayanya: Total RS, Pesawat & Hotel Rp. 30 juta. Bagaimana dgn RS di Jakarta? Nauzubillah minzalik. Sudah mahalnya luar biasa, pelayanannya sangat jelek. Tak ada profesionalitas & kemanusiaan. Tak heran jika Pelayanan RS di Indonesia Terburuk di Asia bahkan dibawah Bangladesh. Silahkan cek di media2 temasuk google. Parah !

Lalu dimana salahnya RS & Dokter2 di Negara kita?
  • Yang jelas RS dan Dokter2 di Negara kita menutup diri dan enggan berkomunikasi dgn keluarga pasien. Belagu, Sombong??
  • Yang jelas, RS dan sebagian Dokter2 di Negara kita seolah2 tidak punya perasaan dan tanggungjawab moral terhadap pasiennya. Sesuka hati. Sepele.
Bagaimana moral dan etika Dokter yg seenaknya tinggalkan pasien yg kritis hanya utk acara seminar? Setelah itu berbohong lagi !!

Cukup sekian dulu...tulisan kritis ini akan terus saya lanjutkan nanti, agar publik tahu Bagaimana Kualitas RS di Indonesia. Terima kasih.

Salam Kritis & Pencerahan, wassalam


Tidak ada komentar:

Posting Komentar