Social Icons

Pages

Rabu, 04 Juli 2012

Pemetaan Media dan Parpol


Twitterland, Feb '12

Pada pemetaan politik, mungkin orang sering bilang ada 3 kekuatan besar yang dominan. Yaitu PartaiDemokrat, Golkar dan PDIP.

Nah, jika pemetaan aliansi Media berdasarkan dukungan Politik, secara umum juga ada 3 kelompok. Terdiri dari Demokrat, Golkar dan Nasdem.

Sekarang mari kita coba menguraikan satu per satu kubu-kubu media, khususnya Televisi.

Kubu pertama adalah Partai Golkar yang jelas memiliki 2 stasiun TV, yakni TV One dan ANTV. 
  • TV One dulunya adalah Lativi milik keluarga Abdul Latief yang terbelit utang, lalu dibayari Bakrie. Jadilah TV One.
  • ANTV alias Andalas Televisi merupakan TV nya Bakrie banget. Karena Bakrie memang berasal dari Sumatera (Andalas). 
Selain itu, keluarga Bakrie juga memiliki VIVAnews. Dan dalam waktu dekat, Bakrie akan meluncurkan 3 TV berbayar. Kabarnya, Bakrie juga sedang membangun jaringan TV Lokal yang tengah menjadi tren pasca sumpeknya pemain TV nasional.

Suara Karya dan lain-lain (Koran Cetak) yang bagian dari aliansi Golkar. Semua itu tadi kubu media yang afiliasinya ke Golkar dan keluarga Bakrie.


Kubu ke Dua adalah jejaring media yang beraliansi pada kepentingan Demokrat. Didalamnya termasuk SBY, Sri Mulyani, Boediono, dll.

Media-media yang tergabung dalam kubu Demokrat adalah Trans TV dan Trans7 serta Detikcom milik Chairul Tanjung.

Trans7 dulunya adalah TV7 milik Grup Kompas. Namun dijual kepada Chairul Tanjung pada tahun 2006. Sementara Chairul Tanjung adalah donatur Demokrat (untuk pengamanan bisnis Para Group = Bank Mega, Coffe Bean, Carrefour dll). Singkat kata, Demokrat via Chairul Tanjung memiliki jejaring Trans TV, Trans7 dan Detikcom.


Kubu ke Tiga adalah jejaring media milik duet Surya Paloh dan Hary Tanoe yang terafiliasi ke Nasional Demokrat. Kubu ketiga ini memiliki jaringan broadcast elektronik terkuat di Indonesia, yang menggabungkan Media Group (Paloh) dan MNC (Tanoe).

Media Group memiliki koran Media Indonesia, stasiun TV Metro TV dan Online News yaitu Metro TV News. Sedangkan MNC Group menguasai RCTI, MNC TV dan Global TV untuk TV Nasional. Untuk koran, MNC memiliki Seputar Indonesia, Sindo dan Online News nya yaitu Okezone.

Tak hanya itu, MNC Group di bawah Hary Tanoe juga memiliki jaringan Sindo TV (Seputar Indonesia TV) dan Top TV. SindoTV memiliki 15 stasiun TV lokal, sedangkan Top TV memiliki 7 stasiun TV lokal.


Nah yang belum jelas Peta nya adalah SCTV dan Indosiar yang baru saja bergabung di bawah satu payung korporasi tahun lalu. 

SCTV adalah milik keluarga Sariaatmadja. Sedangkan Indosiar milik grup Salim. Sekarang keluarga Sariatmadja dan Salim memegang bersama 2 TV tersebut, SCTV dan Indosiar di bawah payung PT. Elang Mahkota. Afiliasi politik grup Elang Mahkota (SCTV dan Indosiar) memang tidak jelas. Tapi kemungkinan besar SCTV dan Indosiar juga pro Demokrat. Apalagi pemiliknya dekat dengan Demokrat.


Jadi jika di hitung....
  • Kubu Golkar, memiliki 2 TV Nasional, 1 Online News dan berencana membuka 2 TV Berbayar.
  • Kubu Demokrat, memiliki 2 TV Nasional dan 1 Online News, atau 4 TV Nasional jika mencakup SCTV dan Indosiar.
  • Kubu Nasdem, memiliki 4 TV Nasional, 2 Online News, 2 Koran Cetak Nasional, dan 22 TV Lokal.

Jika dilihat dari peta Media - Politik - Partai tersebut, grup terkuat adalah grup Nasdem. Posisi kedua dipegang oleh grup Demokrat. Dan di posisi terakhir ada grup Golkar.

Jadi siapa bilang grup Bakrie menguasai media?? Cek lagi dong datanya!!

Jejaring bisnis media milik Nasional Demokrat alias Nasional Media (NasMed) memang patut diwaspadai. Nasdem dengan kekuatan media sebesar itu, tentu alur pemberitaannya dapat dikendalikan. Untungnya, sekarang tren berubah ke pengembangan bisnis TV Lokal, sehingga pemainnya pun bertambah.


Sekarang, mari kita hitung Pemetaan stasiun-stasiun TV lokal di Indonesia.

Secara umum, ada Empat pemain yang telah mantap membangun jaringan TV lokal. Empat Grup itu adalah Kompas, Tempo, Jawa Pos dan lagi-lagi MNC. Padahal sudah disebutkan kalau MNC Group milik Hary Tanoe sudah menguasai 22 stasiun TV lokal via Top TV dan Sindo TV.

 Grup Kompas, yang dulunya menjual TV7 ke Chairul Tanjung, kini mulai membangun jaringan TV lokal. Saat ini, tercatat 9 stasiun TV lokal di bawah jaringan Kompas TV.

 Grup Tempo, milik Gunawan Muhammad, juga sedang membangun jaringan TV lokal. Dan tercatat memiliki jaringan 45 stasiun TV lokal. Diam-diam, rupanya media anteknya Sri Mulyani dan Boediono ini kejar target untuk Pemilu 2014.
Saat ini kita belum di ketahui apakah aliansi politik Tempo TV akan disatukan dengan grupnya Chairul Tanjung (Trans TV, Trans7 dan Detik). Tapi jika mengamati gaya pemberitaan Detikcom dan Tempo yang selalu senada dan seirama, kelihatannya akan mendukung calon yang sama.

Tapi itu belum seberapa. Masih ada lagi pemilik jejaring TV lokal yang lebih besar dari Grup Kompas dan Tempo.

Siapakah itu??  Dia adalah Dahlan Iskan melalui Jawa Pos Multimedia Corp (JPMC), yang menguasai 51 TV lokal. Wow!!
Dari 51 TV lokal milik Dahlan Iskan (Jawa Pos), sebanyak 38 sudah ready. Sedangkan 13 sedang persiapan tayang.

 Jawa Pos, selain menguasai 51 TV lokal juga memiliki 151 koran di seluruh Indonesia. Makanya sampai sekarang Dahlan Iskan tenang-tenang saja. Bisa dikatakan orang yang butuh dia, bukan sebaliknya.

Banyak yang bilang Dahlan Iskan pro Demokrat. Kata Siapa? Sekarang dia dekat dengan SBY karena SBY butuh pengamanan media dari Jawa Pos. Dan sampai sekarang pun, arah pemberitaan Grup Jawa Pos juga berkaki banyak. Kadang memihak kesini, kadang kesana. Karena Dahlan Iskan cuma perlu menunggu "Siapa memberi tawaran paling baik". That's it...


 MNC, scroll ke atas lagi ya.


Nah, sekarang kita hitung ulang peta kekuatan media dan politik, setelah memperhitungkan TV lokal.
  • Golkar via Bakrie Group memiliki 2 TV Nasional, 1 Online News dan 2 TV Berbayar (dalam rencana).
  • Demokrat via Trans Corp dan Tempo memiliki 2 TV Nasional, 1 Online News dan 45 TV Lokal.
  • Nasdem via MNC dan Media Group memiliki 4 TV Nasional, 2 Koran cetak Nasional, 2 Online News dan 22 TV Lokal.
Dari grup2 media tersebut, yang belum jelas afiliasinya adalah Grup Sariaatmadja - Salim (SCTV - Indosiar), Kompas TV dan JPMC (Jawa Pos).

Jika kita coba-coba mengukur, maka pemegang tahta jejaring Media Elektronik Nasional terkuat adalah kubu Nasional Demokrat (Nasdem). Karena data-data di atas belum termasuk ratusan Radio di daerah yang dikuasai Hary Tanoe via MNC. 

Sedangkan pemegang media online terbesar adalah Detikcom milik Chairul Tanjung untuk Demokrat (SBY).
Untuk pemegang jejaringan TV Lokal terkuat adalah Grup Jawa Pos milik Dahlan Iskan.

Jadi jika dilihat dari 3 kutub afiliasi media terhadap politik tersebut, Jawa Pos satu-satunya grup besar yang belum menentukan akan kemana. Oleh karena itu, penentuan arah finalnya akan berada di tangan Dahlan Iskan. Sepertinya Dahlan Iskan ingin seperti "Perawan" yang diperebutkan semua Bujang Desa di akhir cerita. 


Oya bagaimana dengan TVRI???? Stasiun TV yang satu ini sudah megap-megap dan hampir bangkrut. Padahal TVRI memiliki jaringan menara pemancar yang paling banyak dan luas se-Indonesia. Tapi anehnya kok tidak ada yang minat mengakuisisi?? Maklum, TVRI kan milik negara. Jika ingin dijual ke swasta pasti ribut dulu di DPR. 


Jika di perhatikan, dua aliansi media - politik terkuat di 2014 adalah:
  1. Duet Media Group - MNC
  2. Jawa Pos

Perlu diperhatikan juga, kubu NasMed dan Jawa Pos keduanya tidak memiliki basis massa yang kuat. Oleh sebab itu, kemana NasMed dan Jawa Pos berpihak di 2014 nanti, disanalah pertarungan politik berpusat.

NasMed (MNC-MetroTV) memang sudah merapat ke Nasdem. Tapi ingat, Nasdem basis massanya tidak kuat. Jadi bisa di perkirakan, kongsi MNC dengan Metro TV bukanlah memenangkan 2014. Karena Surya Paloh maupun Hary Tanoe tahu, memang belum saatnya untuk menang.

Lantas, kenapa Hary Tanoe memutuskan bergabung bersama Surya Paloh jika tidak memberikan imbal hasil yang menjanjikan?

Menurut opini yang beredar, Hary Tanoe yang jaringan televisinya lebih besar dari Surya Paloh melihat ada bisnis yang luar biasa besar nilainya jika bergabung dengan media milik Surya Paloh.

Apakah bisnis yang dilirik Hary Tanoe dengan bergabung dengan Nasdem dan Surya Paloh? Slot acara dan iklan politik menuju Pemilu dan Pilpres 2014. Itulah yang dibidik kongsi Nasional Media (NasMed) di Nasdem.

Hary Tanoe dan Surya Paloh tahu, banyak partai politik akan membutuhkan jasa pencitraan melalui kongsi media terbesar itu. Jaringan politik Surya Paloh ditambah jaringan bisnis medianya Hary Tanoe menghasilkan bisnis media politik bernilai triliunan hingga 2014. Dan mulai tahun 2012, akan mulai diadakan program acara bersama Metro TV dan RCTI-MNCTV-Global TV.

Sama seperti Grup Nasional Media (NasMed) di Nasdem, Grup Jawa Pos juga berlaku sama. Grup Jawa Pos juga jual mahal dulu "gengsi dong kita yg merapat, kita yang pegang media kok"  mungkin demikian Dahlan Iskan berpikir.

Namun berhubung Dahlan Iskan menjabat Menteri, maka bisa dikatakan Grup Jawa Pos akan bersikap pasif dalam mencari gandengan politik. Dahlan Iskan dan Jawa Pos akan cenderung "menunggu"  pinangan ketimbang pro-aktif mencari klien politik. Sebaliknya, kubu NasMed (MNC-MetroTV) diperkirakan akan cukup proaktif mencari klien politik. Karena memang untuk itulah mereka bergabung.

Lantas kemanakah duet MNC dan Metro TV ini akan menjual "slot2" acara untuk tayangan "berbau" politik ini nantinya? Apakah Golkar? Atau PDIP?

Golkar? Jika Surya Paloh bisa legowo menerima kekalahannya oleh Aburizal Bakrie, sangat mungkin terjadi kerjasama media-politik. Bakrie pasti mau-mau saja kerjasama dengan Metro TV dan MNC. Karena kekuatan medianya Bakrie hanya sedikit. Maka kerjasama Golkar dan NasMed/Nasional Media (MNC-MetroTV), tinggal menunggu kebesaran hati Surya Paloh.

PDIP? Ini juga opsi paling mungkin. Hary Tanoe jika tidak salah sempat dekat dengan Megawati. Dan lagipula, PDIP satu-satunya Partai Politik besar yang belum memiliki jaringan media. Jadi memang mungkin saja Hary Tanoe dan Surya Paloh akan merapat ke Megawati (PDIP).

Cuma pertanyaannya, apakah PDIP mempunyai dana besar untuk bisa membuat Surya Paloh dan Hary Tanoe berminat untuk kerjasama? Sulit Pastinya....

Tapi mungkin saja Hary Tanoe dan Surya Paloh akan menerapkan strategi bisnis media-politik multi sponsor. Yang dimaksud dengan multi sponsor disini adalah Duet Tanoe - Paloh akan menggandeng satu parpol besar sebagai klien utama. Dan disamping itu juga, duet Tanoe - Paloh akan menjual "slot2" tayangan politik ke sejumlah parpol medium dan kecil untuk variasi produk.

Jadi berhati2lah dengan pemberitaan yang di siarankan oleh media2. Karna hampir semua media di Indonesia mempunyai kepentingan parpol :)

Great Business!!


By @ratu_adil on Twitter


Tidak ada komentar:

Posting Komentar